Friday, October 14, 2016

Cernak, 16 Oktober 2016

Kisah Rakyat Jepang Momotaro


Pada zaman dahulu kala di suatu tempat hiduplah sepasang kakek dan nenek.
Sang kakek pergi mencari kayu bakar ke gunung, sementara sang nenek pergi mencuci di sungai. Tatkala nenek mencuci di sungai, dari arah hulu sungai mendekatlah sebuah buah persik yang besar, berayun-ayun di air sungai..
“Kalau buah persik manis, datanglah ke sini, tapi kalau pahit menjauhlah.”
Begitu nenek berkata, buah persik besar yang kelihatannya manis itu mengalir mendekat ke arah nenek.
Nenek memungut buah persik itu dan membawanya pulang. Menjelang malam, kakek pulang dari gunung. Mereka berdua yang bermaksud akan memakan buah persik itu meletakkan buah persik di atas talenan, dan sewaktu akan memotongnya, tiba-tiba saja buah itu membelah dengan sendirinya. Dari dalamnya muncullah seorang anak laki-laki yang lucu, “Hoa…hoa,” suara tangisnya. Meskipun kakek dan nenek kaget, tapi mereka sangat senang sekali. Mereka kemudian membesarkannya dan memberi nama Momotaro.
Momotaro tidak rewel dalam hal makanan, ia hanya makan berapapun yang diberikan, dan tumbuhlah ia menjadi seorang anak yang kuat.. Jika diajarkan satu dia akan ingat sampai 10, dan jika diajarkan 10 dia akan ingat sampai 100. Begitulah, Momotaro lama-kelamaan tumbuh menjadi anak yang kuat dan cerdas.
Pada saat itu, datanglah gerombolan raksasa yang mengacau di desa, mengambil barang-barang milik penduduk desa dan menculik anak gadis mereka. Para penduduk desa sangat kesusahan karena ulah gerombolan raksasa tersebut.
Pada suatu hari, Momotaro datang ke hadapan kakek dan nenek, duduk dengan takzim dan menghaturkan sembah.
“Berkat kakek dan nenek saya telah tumbuh besar seperti ini, oleh karena itu izinkanlah saya pergi ke Pulau Raksasa untuk mengusir para raksasa tersebut. Dan buatkanlah untuk saya kibidango (kue tradisional Jepang) yang paling besar di seluruh Jepang,” pinta Momotarou.
Kakek dan nenek terkejut dan mencoba untuk menghentikan, tapi Momotaro tetap pada niatnya  pergi ke Pulau Raksasa untuk mengusir para raksasa. Apa boleh buat, akhirnya kakek dan nenek membekali Momotaro dengan banyak sekali kibidango yang sangat besar., menyampirkannya di pinggang Momotaro  memakaikan ikat kepala baru, memasangkan sebilah pedang dan memberikan sebuah bendera dengan tulisan “Momotaro yang terkuat se-Jepang”, dengan begitu mereka melepas Momotaro untuk pergi ke Pulau Raksasa.
Begitu Momotaro telah jauh dari desa, datanglah seekor anjing mendekat, menggonggong pada Momotaro.
“Momotaro, Momotaro. Kamu pergi ke mana?”
“Saya pergi mengusir raksasa ke Pulau Raksasa.”
“Biarkanlah saya ikut denganmu, dan bolehkah saya minta kibidango yang tersampir di pinggangmu agak sebuah?”
“Baiklah. Dengan memakan kibidango ini kamu akan mendapatkan tenaga 10 orang,”berbicara begitu Momotaro memberikan sebuah kibidango pada anjing dan memperbolehkan anjing mengikutinya ke Pulau Raksasa. Mereka berdua berjalan semakin mendekati gunung, datanglah seekor burung kiji yang berkicau menyapa.
“Momotaro, Momotaro. Kamu pergi ke mana?”
“Mengusir raksasa ke Pulau Raksasa.”
“Biarkanlah saya ikut denganmu, dan bolehkah saya minta kibidango yang tersampir di pinggangmu agak sebuah?”
“Baiklah.” Momotaro memberi burung kiji sebuah kibidango dan memperbolehkannya menyertainya.
Momotaro berjalan disertai anjing dan burung kiji, dan di tengah jalan datanglah seekor monyet menghampiri mereka. Seperti halnya anjing dan burung kiji, monyet pun menyertai Momotaro ke Pulau Raksasa. Momotaro menjadi pemimpin mereka bertiga untuk pergi ke Pulau raksasa.
Begitu sampai di Pulau Raksasa, berdirilah sebuah pintu gerbang besar berwarna hitam. Monyet mengetuk pintu gerbang, dan dari dalam keluarlah Raksasa Merah, “Siapa?”
“Saya adalah Momotaro yang terkuat se-Jepang. Datang untuk mengusir kalian para raksasa. Bersiaplah untuk itu,” jawab Momotaromengeluarkan pedangnya dan memotong Raksasa Merah.
Raksasa kecil yang ada di sana dan melihat kejadian itu, berteriak-teriak sambil berlari masuk ke dalam. Di dalam para raksasa sedang berpesta minum sake.
“Apa? Momotaro? Ah ternyata hanya seorang anak kecil.” Mereka menertawakan Momotaro.
Tetapi, Momotaro telah memiliki kekuatan 1000 orang karena telah memakan kibidango. Momotaro mengayunkan pedangnya, anjing menggigit para raksasa, monyet menarik-narik mereka, dan burung kiji mematuki mereka dari atas. Serangan mereka sangat hebat. Akhirnya lama kelamaan para raksasa kalah menghadapi Momotaro.
Pemimpin raksasa menyembah pada Momotaro, meminta maaf dengan air mata yang berlinangan.
“Tolong jangan singkirkan kami, kami berjanji tidak akan  berbuat jahat lagi. Dan seluruh harta akan kami berikan.”
“Baiklah, saya akan mengampuni  kalian,” jawab Momotaro.

Momotaro menerima harta pemberian para raksasa sebagai oleh-oleh untuk kakek dan nenek. Ia memasukkannya ke dalam gerobak dengan dibantu oleh anjing, monyet dan burung kiji. Rakyat desa pun sangat senang. Mereka mengelu-elukan kekuatan dan keberanian Momotaro.

^_^

No comments: