Friday, January 24, 2014

cernak, 26 Januari 2014

Surat Misterius

oleh Benny Rhamdani
Aku sedang merapikan meja belajarku ketika melihat seseorang di luar sana dari jendela. Seorang wanita. Dia memasukkan sesuatu ke kotak surat di dekat pagar rumah.  Ya, rumahku memang sedikit berbeda dengan rumah lainnya. Ayah masih memasang kotak surat di dekat pintu pagar.
“Sekarang mana ada yang mengirim surat, Ayah,” kataku memprotes Ayah.
 “Ya, tidak apa-apa. Tapi rumah kita kan jadi berbeda,” itu alasan Ayah.
Sebenarnya masih ada surat yang datang. Surat tagihan untuk Ayah biasanya. Juga surat undangan yang dikirim tanpa perangko. Tapi tak pernah ada satu pun surat untukku.
Aku jadi penasaran dengan yang dilakukan wanita tadi. Aku segera ke luar rumah. Wanita itu sudah tidak tapak. Aku melihat ke dalam kotak surat. Ada sepucuk surat di sana. Dan surat untuk ditujukan untukku! Kepada Zelda.
Aku tak menemukan nama pengirimnya. Segera saja aku membukanya. Ternyata isinya sangat singkat:
Zelda, mengapa kamu tidak membalas suratku?
Ttd,
Lyzwie
Aku bingung. Kapan aku punya teman bernama Lyzwie? Namanya pun aneh. Aku segera kembali ke rumah Kulihat Ibu masuk ke ruang tengah.
“Bu, aku mendapat surat. Isinya aneh dan aku tidak mengenalnya,” laporku sambil menunjukkan surat kepada Ibu.
Ibu membaca surat itu. “Tak ada kapan waktunya dia menulis surat. Sepertinya dia sangat marah sampai menulis surat sesingkat ini dan tak ada waktu menulisnya. Tapi Ibu bisa lihat dari cap posnya,” kata Ibu sambil memerhatikan cap posnya. “Hah, ini tertanggal 40 tahun lalu!”
“Maksud Ibu?” aku bingung.
“Iya, ini surat lama. Tapi mengapa Pak Pos baru mengantar sekarang ya?”

"Bukan Pak Pos. tadi ada ibu-ibu yang memasukkannya. Tapi aku nggak kenal dia. Hm, tapi surat ini ditujukan untukku. Empat tahun lalu aku kan belum lahir. Ibu juga, kan?"

Ibu berpikir sebentar. "Nama Zelda itu diberikan Ayah kepadamu dari nama Nenek. Nama Nenek juga Zelda. Hanya bukan Zeldaviana seperti kamu. Tapi Roszelda. Semua tahunya Nenek bernama Nenek  Ros," kata Ibu.

"Kalau begitu kita tanya kepada Nenek saja." 

Kami berdua menuju ruang paviliun. Tempat nenek biasa duduk di kursi santai sambil membaca. biar sudah lanjut usia, Nenek suka sekali membaca. Ya, kami semua memang suka membaca.

Aku segera menyerahkan surat itu kepada Nenek. Tentu saja Nenek kaget menerimanya. Nenek kemudian menceritakan semuanya.

Lyzwie adalah sahabat pena Nenek di luar kota. Suatu ketika mereka bertemu. Ternyata Lyzwie menderita lumpuh. Meskipun demikian Nenek tetap bersahabat pena. Namun hubungan persahabatan pena mereka dirusak oleh seorang teman sekelas Nenek bernama Diane. Dia sering mengambil surat yang ditujukan untuk Nenek dari kotak surat. Surat dari Lyzwie tak pernah sampai ke tangan. Surat Nenek yang dititipkan ke Diane untuk dikirim ke kantor pos juga tak pernah dikirim (Rumah Diane sangat dekat dengan kantor pos).

Ahirnya persahabatan pena itu pun terputus. Nenek sama sekali tak tahu sebabnya. Sampai akhirnya, ketika Diane sakit keras menceritakan semua kepada Nenek. Tentu saja Nenek marah. Tapi Nenek akhirnya memaafkan. Surat-surat dari Lyzwie pun diserahkan kepada Nenek. Seminggu kemudian Diane meninggal.

Nenek kemudian mengirim surat kepada Lyzwie dan menceritakan semuanya. Sayangnya, yang membalas ibu Lyzwi8e. Surat balasan itu mengatakan Lyzwie telah meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas.

"Semua berakhir sedih. Dan surat ini ... mengingatkan Nenek pada kejadian dulu. Sepertinya surat ini adalah surat yang tertinggal di rumah Diane. Kata Diane, dia mengambil 20 surat, tapi yang dia berikan hanya 19."

"Tapi siapa yang mengantar surat ini?"

"Entahlah. Yang pasti Diane tidak punya saudara. Dia juga belum menikah saat meninggal." Nenek mengeluarkan album foto lamanya. "Ini orangnya."

Hah, aku terkejut! Wajah di foto itu mirip sekali dengan wanita yang kulihat tadi. Bahkan bajunya juga sama. Jangan-jangan ...

No comments: