Friday, January 03, 2014

Cernak, 5 Agustus 2014

Pesawat Kertas


Jika kalian bertemu dengan seorang anak lelaki yang hobi membuat pesawat kertas di saat hujan turun, panggil saja dia dengan nama Ken. Ya, karena hanya dia yang sangat hobi membuat pesawat kertas di kota ini.

Semua bermula ketika di usia lima tahun Ken kehilangan ibu yang mencintainya. Ayah Ken yang sibuk dengan pekerjaannya hampir kewalahan mengurus Ken yang aktif. Belum lagi dua kakak perempuan Ken yang mulai tumbuh remaja. Akhirnya, Ayah memanggil seorang asisten di rumah untuk mengasuh Ken. Nama pengasuh itu adalah Kak Mia.

Ken dan dua kakaknya semula tak menyukai kedatangan Kak Mia.

"Mau apa dia datang ke sini?" Hana, kakak sulung, bertanya sinis.

"Aku juga tidak suka. Sepertinya, dia akan mengambil ayah dari kita," timpal Rin, kakak kedua.

"Aku tidak suka dengan parfumnya," tambah Ken.

Minggu-minggu pertama mereka berusaha membuat Kak Mia tidak betah dengan mereka. Selalu ada usaha yang mereka lakukan. Hana misalnya, selalu membantah apa yang dikatakan Kak Mia.

"Sarapan nasi? Aku nggak mau. Nanti badanku gendut. Kak Mia suka ya melihat aku jadi gadis paling jelek di sekolah?" hardik Hana.

Rin juga demikian. "Mengapa Kak Mia menyuruhku belajar? Huh, kak Mia memang dulu suka belajar? Memang Kak Mia pintar? Kok cuman jadi pengasuh?"

Dan Ken tak mau kalah pula dengan dua kakaknya. "Aku tak mau minum susu lagi. Aku maunya minum cokelat.  Terus ditambah susu," ucap Ken.


Tapi Kak Mia adalah orang yang paling sabar di rumah. Dia terus berusaha melayani tiga sahabat kecilnya itu dengan hati riang. Lambat laun semuanya berubah. Dimulai dengan Ken. Ah iya, Ken ini menyandang autis ringan. Terkadang dia tak peduli dengan sekelilingnya. Kadang dia bicara sekehendak hati. Itu sebabnya dulu Ibu sangat dekat dengannya.

Suatu hari, di luar hujan. Ken yang belakangan ini punya hobi melihat ke langit dari jendela kamarnya tampak uring-uringan.

"Tidak ada pesawat," katanya berulang-ulang.

Kak Mia kemudian menghampirinya. "Bagaimana kalau kita buat pesawat sendiri?" tanya Kak Mia.

Ken tak menjawab. Dia kembali melihat ke langit lewat jendela kamar. Kak Mia kemudian mengambil buku yang tak terpakai lagi. Dia menyobek kertasnya lalu mulai melipat dan membuat pesawat. Ya, pesawat kertas.

Kak Mia kemudian menerbangkannya. Pesawat itu langsung meliuk-liuk. Ken hanya melirik sekilas. kak Mia mengulangi menerbangkan pesawat kertas berali-kali, hingga akhirnya Ken mau tersenyum saat melihat pesawat kertas jatuh di dekatnya.

"Aku mau membuat peswat kertas juga," kata Ken.

Kak Mia pun mengajari Ken. Ternyata Ken bisa mengikuti dengan mudah. Dia pun menerbangkan peswat kertas itu. Wuah, melayang bagus sekali. Ken bersorak senang. Dia membuat pesawat kertas lainnya. lalu menerbangkan. membuat lagi ... menerbangkan lagi ....

Sejak itulah Ken akrab dengan kak Mia. Ken juga jadi senang membuat pesawat kertas. Dia sengaja memamerkan kepada Ayah. Dan Ayah tersenyum senang melihat karya Ken.

Hari berikutnya adalah Hana yang giliran akrab dengan Kak Mia. Waktu itu dia sakit perut luar biasa. Tapi hana tak mau ke dokter karena dia memang paling takut ke dokter. Kak Mia merawat Hana dengan sabar hingga akhirnya sembuh. Belakangan barulah Hana tahu bahwa sakit perutnya karena dia sekarang sudah menjadi anak remaja. Dia mendapat datang bulang bulan pertamanya.

Rin pun akhirnya dekat dengan Kak Mia, saat dia stres mengrejakan tugas yang menumpuk dari sekolah. kak Mia mendekatinya, lalu membantu Rin. Barulah Rin sadar bahwa Kak Mia adalah seorang yang sangat pintar.

Akhirnya, mereka semua kompak sekali. Ayah sangat senang. Sayangnya, kebersamaan itu tidak bisa terlalu lama. Saat makan malam bersama, juga dengan Ayah, Kak Mia memberitahukan bahwa dia harus mengundurkan diri dari pekerjaannya.

"Saya mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah sampai gelar master di Inggris," kata Kak Mia.

Ayah kemudian menjelaskan, kak Mia sebenarnya adalah seorang sarjana psikologi anak. Kak Mia mencari pekerjaan sementara menjadi pengasuh anak smabil menunggu beasiswa. Dan tenyata kini Kak Mia mendapatkannya.

Ken menangis mengikuti dua kakaknya. Dia berusaha mencegah Kak Mia pergi. tapi dua kakanya melarang karena kuliah itu penting bagi kak Mia.

Mereka mengantar kak Mia ke Bandara ketika dua minggu kemudian Kak Mia berangkat ke London. yang paling merasa kehilangan adalah Ken.

Sejak itulah, bila hujan turun Ken membuat pesawat kertas untuk mengingat kak Mia. Dia juga sudah menulis surat dengan tulisannya yang acak-acakan kepada Kak Mia. Kak Mia membalasnya. lalu Ken menjadikan surat dari kak Mia itu sebagai pesawat kertas yang paling disukainya.

OO00OO

No comments: