Friday, June 01, 2012

CERNAK, 3 JUNI 2012

Sahabat Terbaik

oleh Benny Rhamdani

Semua berawal ketika hujan deras sore itu ...

"Maaf."
Sarah menengok. Seorang perempuan sebaya dengannya tersenyum ramah. "Ya?" tanya Sarah.

"Namamu Sarah, kan?tanya perempuan itu."Namaku Winda."
"Benar. Hai Winda," Sarah menimpal sambil tersenyum.

Mereka berada di koridor Gelanggang Kota, sebuah bangunan luas yang sering dijadikan aneka kegiatan anak-anak dan remaja. Di sana banyak tempat kursus dan latihan. Dari mulai olahraga, bela diri, menari, dan sebagainya. Hujan membuat mereka tertahan pulang.

"Aku penggemarmu. Kamu yang suka nulis buku KKPK, kan?" tanya Winda.

Sarah tersipu. "Iya. Terima kasih sudah mau baca bukuku."

"Kamu di sini les apa?" tanya Winda senang melihat Sarah ternyata sangat ramah. tidak seperti yang ditakutinya.

"Aku les bahasa Inggris. Ya, suatu hari nanti aku ingin menulis buku berbahasa Inggris. Jadi bisa kuterbitkan di luar negeri," jelas Sarah. "Kalau kamu?"

"Aku les menggambar," jawab Winda. "Kamu melihat gambar-gambarku?"

"Ya, tentu saja," jawab Sarah.

Winda mengeluarkan kertas gambar dari tasnya. Sarah terbelalak melihat gambar karya Winda.

"Ini keren sekali," puji Sarah membuat Winda tersipu.

Hujan mengecil.

"Aku ingin membuat buku juga. Tapi aku tidak bisa menulis ceita," kata Winda.

"Bagaimana kalau kita kerja sama. Aku yang menulis cerita, kamu yang menggambarnya," ajak Sarah.

"Oh, bisa begitu ya?" Winda bingung.

"Nanti, kutanya editor bukuku."

"Senangnya. Terima kasih ya. Aku boleh minta nomor teleponmu?"

Sarah mengangguk, lalu memberi kartu namanya. Ada nomor HP-nya di sana. "Ini buatmu. Aku les setiap Selasa dan Kamis," kata Sarah.

"Aku Kamis dan Sabtu. Berarti Kamis depan kita ketemu lagi ya," kata Winda.

Hujan pun reda. Ayah Sarah datang dengan sepeda motor menjemputnya. Winda pulang sendiri berjalan kaki ke arah yang berlawanan.

 Seminggu kemudian mereka bertemu sebelum jam masuk les.

"Winda, aku sudah tanya sama kakak editor bukuku. Katanya, kita boleh kerja sama kalau gambarmu dianggap bagus. Aku yang menulis, kamu yang menggambarnya. Tapi kakak editor mau menilai dulu gambar kamu. Kalau bagus kita bisa kerja sama," jelas Sarah.

"Aduh, aku kok jadi deg-degan ya. Gambarku nggak sebagus yang di buku-bukumu. nanti malah merusak bukumu," ucap Winda.

"Ayo, biarkan kakak editor yang menilai. Katanya, gambarmu cukup discan lalu dikirim lewat e-mail. Mari aku bantu. Datanglah hari Minggu ke rumahku."

"Ah, sungguh aku boleh ke rumahmu?" Winda tak percaya.

"Iya tentu saja. datang pukul sepuluh ya. Kalau pagi, aku biasanya olahraga menemani ayah dan ibuku."

Winda mengangguk mantap.

Hari Minggu Sarah menunggu di teras depan sejak setengah sepuluh sambil membaca buku.  Pukul sepuluh Sarah masih belum melihat Winda datang. Sepuluh menit kemudian dia kaget karena ada mobil sedan mewah berwarna putih parkir di depan rumahnya. Tak lama kemudian Sarah melihat Winda turun dengan tergesa-gesa.

"Sarah, maaf aku terlambat. Pak Atmo tadi sakit perut. Jadi aku harus menunggunya benar-benar sehat agar bisa mengantarku," kata Winda.

"Tak apa. masuklah. Pak Atmo ajak masuk saja."

"Pak Atmo akan pulang lagi. Nanti kalau mau pulang, aku bisa telepon untuk menjemput," kata Winda.

"Masuklah. Maaf ya, rumahku kecil. Apalagi kamarku," ajak Sarah ke kamar.

 Mereka masuk ke kamar sarah. Winda kemudian membuka I-pad. Dia menunjukkangambar-gambarnya yang sudah discan.

"Gambar-gambarmu luar biasa," puji Sarah. Dia lalu mengirimkan gambar-gambar itu kepada editor bukunya.

Tiga hari kemudian sarah mendapat kabar gembira. Gambar-gambar Winda dinilai bagus dan bisa diterbitkan bersama tulisan Sarah. Langsung saja sarah menelepon winda. Keduanya bersorak bareng.

Sesudahnya, Sarah langsung menulis satu cerita tentang petualangan di Paris. Sarah belum pernah ke Paris. Tapi dia bisa menulis cerita tentang Paris dengan baik karena sering membaca buku tentang Paris. Setelah cerita ditulis, sarah memberikannya kepada Winda.

Winda membaca cerita Sarah. Dia semakin kagum dengan Sarah. Namun dia menemukan satu kesalahan di naskah itu. Buru-buru Winda menelepon sarah.

"Sarah, ada yang salah di naskahmu. Di Paris orang tidak menggunakan dollar untuk belanja. Di sana memakai Euro," kata Winda.

"Terima kasih, Winda. Nanti aku perbaiki lagi sebelum dikirim," kata Sarah senang.

Dua minggu kemudian Winda menyelesaikan gambar-gambarnya. sarah bertambah kagum dengan Winda.

"Gambarmu sangat mirip seperti kota Paris yang aku lihat di Internet," kata Sarah.

"Aku kan dulu tinggal di sana sewaktu kecil. Cuma setahun mengikuti Papa," jelas Winda.

"Oh, pantas!"

Dua hari kemudian mereka mengirimkan naskah dan gambar ke penerbit buku. Sebulan kemudian buku mereka dinyataklan akan diterbitkan.

Saat buku itu kemudian terbit, persahabatan Sarah dan Winda semakin erat. Bahkan mereka selalu menerbitkan buku berdua. Benar-benar persahabatan yang penuh arti.

^_^


No comments: