Semangka Sita
oleh Benny Rhamdani
Di mana ada semangka di sana ada Sita. Begitu yang ada di pikiran teman-teman Sita. Bahkan kalau mau mengundang Sita belajar kelompok, agar Sita datang, beri tahu saja akan disediakan semangka.
"Semangka itu banyak airnya, jadinya menyegarkan. Warnanya juga merah kesukaanku," demikian kata Sita bila ditanya teman-temannya.
Tapi beberapa hari ini Sita kok jadi tidak suka semangka ya? Teman-temannya yang mengundang Sita belajar kelompok --karena Sita pandai matematika-- gagal mengundangnya. Padahal mereka sudah menyiapkannya.
"Kenapa ya?" tanya Dira saat belajar kelompok di rumahnya.
"Aku juga nggak tahu," jawab Wening.
"Kalau belajar bersamanya berdua nggak seru nih."
"Iya. Apalagi nggak ada Sita yang pintar matematika."
Mereka akhirnya belajar bersama hanya sebentar. Karena penasaran, Dira menelepon teman sebangkunya itu.
"Sita, kenapa kamu tidak datang?" tanya Dira.
"Aku malas ke luar rumah. Panas banget tadi."
"Aku kan sudah sediakan semangka kesukaanmu."
"Ah, aku tidak mau makan semangka lagi."
"Kenapa?"
"Katanya, kalo makan semangka bisa sakit parah. Bahkan sampai meninggal."
"Hah? Kata siapa?" Dira heran.
"Kemarin ada yang menyebarkan lewat SMS. Apalagi kalau habis makan semangka terus minum susu atau gula," tambah Sita.
"Ah, itu pasti kabar bohong," elak Dira.
"Kamu coba saja dulu," kata Sita. "Berani nggak?"
Dira terdiam. Dia belum pernah mencobanya. Percakapan di telepon pun berakhir. Dira penasaran dengan yang dikatakan Sita. Dia membuka Internet, lalu mencari informasi yang dikatakan Sita. Ternyata beberapa artikel malah menyebutkan hal itu hanyalah mitos.
Dira menunggu Ayah pulang. Ayah Dira adalah seorang dokter, jadi pasti tahu tentang itu.
Pukul lima sore Ayah pulang. Sebelum Ayah sibuk membuka praktek dokter di klinik samping rumahnya, Dira langsung mencegat Ayah.
"Ayah, apakah makan semangka dengan gula bisa membuat meninggal orang yang memakannya," tanya Dira.
"Ya, bisa saja," jawab Ayah.
Dira kaget.
"Kalau makan semangkanya sekarung, lalu gulanya juga sekaraung. Apalagi kalau makannya di tengah jalan raya," jawab Ayah.
Dira tersenyum. "Ah, Ayah bercanda nih."
Ayah mendekati Dira. "Semangka itu sudah manis, kalau makan yang manis lagi tidak baik buat kesehatan. Karena semua yang berlebihan pasti tidak baik. Apalagi kalau yang makan punya penyakit diabetes atau kencing manis. Kalau sehat-sehat saja sih tidak apa. yang penting makannya tidak berlebihan," jelas Ayah.
Dira mengerti maksud Ayah.
Esok paginya Dira membawa semangka yang sudah dibelah ke sekolah. Dia juga membawa sesendok gula.
"Sita lihat aku nih," kata Dira sambil makan semangka. Lalu dia makan gula.
"Dira, jangan!" Sita ketakutan.
"Tidak apa-apa kok, kata ayahku," kata Dira..
Benar saja, sampai siang di sekolah, Dira baik-baik saja. Sita jadi malu karena sudah ketakutan nggak jelas.
Ini semua karena SMS berantai yang isinya kadang menyesatkan.
Sita kembali menyukai semangka. Teman-temannya tersenyum senang.
^_^
No comments:
Post a Comment