Mengenal Pak A.T Mahmud, Pencipta Lagu Anak
Sebagai anak Sumatera Selatan, kita harus bangga lho. Kita
punya seorang pencipta lagu anak yang sangat legendaris bernama Masagus Abdullah Mahmud atau lebih
dikenal dengan nama A.T. Mahmud. Pak A.T
Mahmud lahir di Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, Palembang, Sumatera Selatan, 3
Februari 1930 – meninggal di Jakarta, 6 Juli 2010 pada umur 80 tahun.
Karir mencipta Pak A.T Mahmud ketika pada Januari 1963 ia mendaftarkan diri
pada Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jakarta untuk melanjutkan pendidikan
sampai sarjana. Pada tahun yang sama ia dipindahtugaskan ke Sekolah Guru Taman
Kanak-Kanak (SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan.
Di SGTK seolah ia menemukan lahan subur untuk mengembangkan
bakat musiknya, khususnya mencipta lagu anak-anak. Ia pun meninggalkan kuliah
bahasa Inggris, keluar dari FKIP, dan menekuni musik. Pimpinan sekolah sendiri
senang akan musik. Guru Seni Musik pandai bermain piano dan . Siswa SGTK turut
memberikan dorongan baginya untuk mengarang lagu anak-anak.
Tiap kali siswa SGTK melakukan latihan praktik mengajar, ada
yang memerlukan lagu dengan tema tertentu menurut tugasnya. Pada masa itu,
mencari lagu anak-anak yang sesuai dengan anak-anak agak sulit. Siswa yang
memerlukan lagu baru datang kepadanya meminta dibuatkan lagu. Pak A.T Mahmud pun mencoba. Lagu yang telah
dibuat, diajarkan pada anak-anak TK saat praktik mengajar. Ternyata, lagu itu
disukai. Hal ini membesarkan hatinya dan membuatnya makin tekun mengarang lagu
anak-anak.
Memetik Gitar
Di rumah pada waktu senggang, Pak A.T Mahmud mencoba mengarang lagu
anak-anak sambil memetik gitar miliknya. Lagu anak-anak tentu berbeda dengan
lagu untuk orang dewasa. Di mana bedanya? Pada pikiran, perasaan, dan perilaku
anak itu sendiri. Ia pun mempelajari lagu anak-anak yang telah ada, seperti
lagu-lagu Ibu Sud, Pak Dal, dan pencipta lagu anak-anak yang lain.
Saat tinggal di Kebayoran Baru, Mahmud sering mengajak
anaknya bermain ke Taman Puring. Di sana ada ayunan, jungkat-jungkit, dan
lapangan yang cukup luas sehingga anak-anak dapat melakukan permainan lain,
seperti main lempar bola atau kejar-kejaran. Roike yang saat itu baru berumur 5
tahun senang sekali bermain ayunan. Ia begitu menikmati permainan itu dan
menjaga agar anaknya tidak sampai mengalami kecelakaan. Perasaan Roike dan
pesan agar hati-hati sehingga tidak mengalami itu ia tuangkan ke dalam lagu
Main Ayunan.
Inspirasi lagu Pelangi hadir ketika ia mengantar anaknya,
Rika, yang masih berusia lima tahun sekolah di TK. Di tengah perjalanan, Rika
berteriak, "Pelangi!" sambil menunjuk ke arah langit. Ia mulai
menyanyikan pelangi, mencari kata-kata yang tepat yang menjadi pikiran anak
kecil, selanjutnya ketika tiba di rumah, ia iringi dengan gitar dan jadilah
sebuah lagu.
Lahirnya lagu Ambilkan Bulan terjadi ketika anaknya Roike
tengah bermain di beranda rumah. Saat itulah ia melihat ke langit dan melihat
bulan. Segera ia berlari dan menggandeng lengan ayahnya diajak ke luar.
Tiba-tiba si anak berkata, "Pa, ambilkan bulan." Jelas saja A.T.
Mahmud bingung. Awalnya kejadian itu berlalu begitu saja. Namun, permintaan si
anak terus terngiang di telinganya. Minta bulan, untuk apa? Dengan mencoba
menerawang dunia dan bahasa anak, A.T. Mahmud pun menuliskan permintaan itu
dalam bait-bait lagu. Tadinya "ambilkan bulan pa" diubah menjadi
"ambilkan bulan bu" sehingga terkesan lebih lembut.
Lain lagi dengan lagu Amelia. Amelia adalah nama seorang
anak kecil yang riang, sering bertanya, tidak bisa diam, lincah, dan ingin tahu
banyak hal. Amelia adalah anak dari Emil Salim, Menteri Lingkungan Hidup pada
masa Orde Baru. Emil Salim tak lain adalah sahabat waktu kecil Mahmud ketika
sama-sama sekolah di Sekolah Menengah Umum Bagian Pertama (SMU, setingkat
SLTP), di Palembang. A.T. Mahmud melukiskan sifat Amelia dalam lagunya sebagai
gadis cilik lincah nian, tak pernah sedih, riang selalu sepanjang hari.
Dorongan untuk membuat lagu datang pula dari guru-guru.
Salah satunya adalah Ibu Rosna Nahar. Para siswa pun senang dengan lagu-lagu
ciptaannya. Ia kemudian membentuk kelompok paduan suara siswa SPG. Lagu
ciptaannya terus bertambah, dan mulai tersebar di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah
Dasar terdekat, kemudian melebar di sekolah-sekolah lain. Radio Repulik
Indonesia (RRI) memintanya membantu mengisi acara anak-anak pada sore hari,
dengan memperkenalkan lagu lama maupun baru. Kesempatan ini ia pergunakan untuk
memperkenalkan lagu ciptaannya sendiri.
Lagu Pilihanku
Atas usul Pak A.T.
Mahmud, tahun 1969 TVRI menambah acara lagu anak yaitu Lagu Pilihanku. Jika Ayo
Menyanyi berbentuk pelajaran untuk menyanyikan lagu baru, maka Lagu Pilihanku
bersifat lomba. Jumlah peserta lima orang yang dipilih melalui tes. Untuk
testing, calon peserta harus melapor diri pada Kepala Sub Bagian Pendidikan,
yang kemudian akan memperoleh Surat Peserta Testing. Testing dilakukan oleh dua
orang yang ditunjuk koordinator acara, berlangsung di studio TVRI. Acara ini
ditayangkan dua kali sebulan, bergantian setiap seminggu sekali dengan Ayo
Menyanyi.
Setelah kedua acara di atas berlanjut dan berkesinambungan
selama 20 tahun, pada tahun 1988, atas suatu kebijaksanaan pimpinan TVRI,
seluruh tim diminta mundur dari kedua acara tersebut. Untuk beberapa saat acara
Ayo Menyanyi dengan nama lain dilanjutkan dengan pembawa acara seorang artis,
yang berlangsung tidak lama. Kemudian, pembawa acara digantikan seorang artis
lain. Itu pun hanya bertahan sebentar, kemudian untuk seterusnya menghilang
sama sekali dari tayangan di layar TVRI.
Kehadiran acara Ayo Menyanyi dan Lagu Pilihanku, ternyata
telah menarik minat kalangan perusahaan rekaman untuk merekam lagu anak-anak
pada piringan hitam. Tercatat nama perusahaan rekaman, seperti: Remaco, Elshinta,
Bali, Canary Records, Fornada, J&B Records. Lagu-lagu ciptaan A.T. Mahmud
pun mendapat perhatian. Di samping lagu-lagu ciptaan pencipta lainnya, ada
sekitar 40-an lagu A.T. Mahmud tersebar pada tujuh piringan hitam antara tahun
1969, 1972, dan tahun-tahun sesudah itu,
Setiap kali mendengar lagu ciptaannya dinyanyikan, yang
pertama-tama terbayang adalah peristiwa atau cerita bagaimana lagu itu tercipta
dalam ruang, waktu, dan pelaku yang melatari. Atas dasar itu pulalah dikatakan
bahwa lagu ciptaannya bersumber pada tiga hal, yang berdiri sendiri atau saling
memengaruhi. Pertama: bersumber pada perilaku anak itu sendiri. Kedua: pada
pengalaman masa kecilnya. Ketiga: pesan pendidikan yang ingin ia sampaikan pada
anak-anak.
Nah, sekarang kita punya tugas agar anak-anak tetap
menyanyikan lagu anak-anak. Salah satunya adalah karya cipta Pak A.T Mahmud
ini.
(ben/net)
No comments:
Post a Comment