Saturday, April 28, 2007

CERNAK 29 April 07


Tak Mau Minum Obat

Oleh Benny Rhamdani

Prita sakit. Seperti biasanya, seisi rumah akan kerepotan bila si bungsu sakit. Mulai dari teriak minta diambilkan sesuatu, sampai jeritan menolak disuapi makanan oleh Ibu. Tapi yang paling parah adalah ketika jam makan obat tiba.

“Aku nggak mau makan obat!” teriak Prita.

“Kalau nggak makan obat, bagaimana mau sembuh?” desak Ibu.

“Pokoknya nggak mau!” jeritnya nyaring.

“Itu obatnya manis,” kata Bang Danu.

“Biar manis tetap obat. Nggak enak!” timpal Prita.

“Ayo minum, Prita! Masa kamu mau sakit terus menerus?” tanya Ayah.

“Biar. Nanti juga sembuh kalau nggak minum obat. Yang penting Prita jangan di ganggu tiduran di kamar,” kata Prita.

Ayah, Ibu dan Bang Danu tidak mau menyerah membujuk Prita. Ini hari kedua Prita sakit. Hari kemarin Prita masih bisa dibujuk minum obat asal diberikan mainan. Tapi masak sih hari ini harus dibujuk lagi.

“Nanti kalau mau minum obat Ibu belikan buku cerita yang baru,” bujuk Ibu.

Prita terdiam. Dia melihat ke botol obat sirup seperti melihat binatang paling menjijikan di seluruh dunia.

“Bukunya boleh dua,” tawar Ayah.

Prita kemudian terdiam. Dia kemudian mengangguk tanda bersedia minum obat.

Ibu buru-buru memberi Prita obat sebelum berubah pikiran. Semua langsung bernapas lega ketika tiga jenis obat yang harus dimakan Prita akhirnya masuk ke mulut Prita.

Sejam kemudian Prita tertidur. Sore hari ia terbangun. Suara ribut dari luar membuatnya terbangun. Prita bangun dari tempat tidurnya menuju jendela kamar. Dari jendela kamar ia melihat teman-teman sebayanya sedang bermain skuter di jalanan. Mereka sedang berlomba cepat.

“Kalau aku tidak sakit, pasti aku yang menang,” pikir Prita.

“Hei Prita! Kamu masih sakit ya?!” teriak Salsa di pinggir jalan.

Prita mengangguk.

“Sayang banget. Kami sedang latihan. Minggu depan ada lomba skuter. Hadiahnya handphone,” tambah Salsa.

Prita mendelik. Handphone? Sudah lama Prita menginginkan benda itu. Ya, kalau dia ikut lomba skuter mungkin bisa menang. Ah, tapi kalau tidak latihan bisa dikalahkan teman-temannya yang terus berlatih.

“Uh ini gara-gara sakit,” keluh Prita. Dia terus berpikir agar bisa mendapatkan hadiah handphone itu.

Malam ketika saatnya Prita minum obat, semua kembali berkumpul. Tapi kali ini tanpa diduga-duga, Prita tidak menjerit karena menolak. Ibu sampai bingung melihatnya.

“Lho, kok Prita sekarang jadi suka minum obat?” tanya Ibu.

“Obatnya manis kok, Bu,” jawab Prita.

“Iya, tadi siang juga sudah tahu manis tapi tetap nggak mau,” kata Bang Danu.

“Kalau sekarang sih mau. Prita pengin cepat smebuh soalnya.”

Ibu mencegah Ayah dan Bang Danu bertanya-tanya lagi sebelum Prita berubah pikiran. Akhirnya Prita benar-benar mau minum semua obat. Seisi rumah lega.

Keesokan harinya kesehatan Prita emmbaik. Ibu kaget ketika melihat Prita bersiap-siap membawa skuter ketika siang hari.

“Lho, Prita lagi sakit kok malah mau main skuter?” tanya Ibu.

“Sudah sehat kok.”

“Iya, tapi jangan main dulu. Nanti kalau sudah sehat benar baru boleh.”

Prita akhirnya tidak jadi keluar rumah. Ia bermain skuter di dalam rumah. Dua hari kemudian ketika benar-benar smebuh, barulah Prita berlatih di luar rumah. Hey, tapi kemana Salsa dan lainnya? Mengapa mereka tidakl latihan?

Prita mendatangi rumah Salsa untuk bermain skuter bersama.

“Kamu tidak latihan?” tanya Prita ketika bertemu Salsa.

“Nanti saja. Lombanya ternyata tidak jadi. Diundur nnggak tahu sampai kapan,” kata Salsa.

“Diundur?” Prita kaget. Seketika hilang bayangan handphone di tangannya. Dia merasa jengkel dan kesal ketika pulang ke rumah.

Prita pun menceritakannya kepada Ibu.

“Sudahlah Prita, lombanya memang tidak jadi. Ada naiknya juga lomba itu sampai kamu ketahui, jadinya kamu berani minum obat dan sehat sekarang,” kata Ibu.

Prota hanya mengangguk. Ia melihat sebatang handphone terbang ke langit dari kamarnya.

^-^

No comments: